Game sudah menjadi
bagian tak terelakan dari kehidupan sehari-hari masyarakat modern. Setiap orang
setidaknya pernah bermain video game baik dari PC, konsol, ataupun mobile
bahkan mungkin mesin arcade. Genre setiap game pun berbeda, mulai dari olahraga
(Sports), tembak-tembakan (FPS & TPS), petualangan, role playing game (RPG)
dan lainnya. Ada ungkapan di dunia game yang menyatakan “Better graphic does
not mean a better game”, gameplay dan cerita dibalik game terkadang lebih
memberi kesan dibanding grafis saja. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa grafis
menjadi bagian tidak terelakkan dari sebuah game. Kali ini saya akan mengulas
sebuah game yang sangat melegenda karena berhasil mengkombinasikan aspek cerita,
grafis dan gameplay yang unik. Kita akan membahas game PS2 yang sudah di “remake”
ke PS4 pada 2018 ini, Shadow of the
Colossus.
Shadow of the Colossus
pertama kali diluncurkan Oktober 2005 untuk platform PS2. Game ini dinobatkan
oleh banyak pihak sebagai salah satu game terbaik sepanjang masa, dengan
rata-rata skor kritikus game mencapai nilai 9 dari 10. Game ini berhasil
mendorong kemampuan mesin dari PS2 hingga pada batas maksimumnya. Pada 2018,
game ini berhasil di “remake” oleh Bluepoint Game untuk PS4.
Game ini bercerita
tentang petualangan karakter utamanya, Wander, bersama kuda kepercayaannya,
Agro, ke sebuah dataran tak berpenghuni untuk bertemu dengan sebuah entitas
bernama Dormin. Wander membawa seorang perempuan, Mono, yang telah meninggal
karena upacara pengorbanan di desa-nya. Wander meminta Dormin untuk
menghidupkan kembali Mono, Dormin akan melakukannya jika Wander mampu
mengalahkan 16 Colossus (Colossi) yang ada di dataran tersebut. Petualangan
Wander dan Agro dimulai pada saat itu juga, untuk mengalahkan 16 Colossus,
tanpa peduli apa yang akan terjadi pada dirinya.
Developer : Sony
Interactive Entertainment Japan & Team Ico (2005) Bluepoin Games (2018)
Publisher : Sony
Computer Entertainment
Director : Fumito Ueda
Producer : Kenji Kaido
Designer : Fumito Ueda
Writer : Fumito Ueda,
Junichi Hasono, Masashi Kudo, Takashi Izutani
Composer : Kow Otani
Platform : Playstation
2 (2005), Playstation 4 (2018)
Release : NA : 18
Oktober 2005 / 6 Februari 2018; JP : 27 Oktober 2005 / 8 Februari 2018
Genre :
Action-Adventure
Mode : Single Player
Grafis dan Physics dalam game
Hal yang
pertama harus saya lakukan adalah memuji game ini. Shadow of the Colossus memang
bergenre Action-Adventure dan termasuk dalam game Open World, namun game ini
memiliki keunikan ketika pertama kali dirilis. Game ini melakukan gebrakan
dengan menggabungkan konsep Sandbox dan Open World game, dimana semua objek,
lingkungan dan pemain berada dalam satu lingkungan tanpa ada loading screen.
Jika kita lihat gambar diatas, tebing yang terlihat jauh itu bisa dicapai oleh
pemain karena masih berada dalam satu lingkungan, bukan hanya sekedar
background semata.
Selanjutnya,
jika dilihat dari gambar, rumput tempat pemain dan kuda berada memiliki detail
yang sangat luar biasa. Setiap daun dan bunga dari rerumputan ini memiliki bentuk
yang berbeda. Ini juga termasuk dalam teknologi Particles. Particles dapat
berupa objek apapun yang jumlahnya banyak, misalnya pasir, rumput, rambut dan
lainnya. Dapat dilihat dari gambar di samping, pasir yang dilalui oleh
Colossus berterbangan, kuda yang berlari meninggalkan jejak di pasir. Ini
adalah kombinasi Particles dengan Physics (termasuk collision detection) yang
ada pada game.
Berbicara
tentang Physics, gambar di samping menunjukan efek bernama “Rippling Water”. Efek
ini merupakan contoh konsep fisika sederhana yang diterapkan dalam game ini.
Jika kalian memainkan game ini, setiap Colossus yang bergerak juga memiliki
hukum fisika yang berbeda. Ayunan tangan, goyangan di tubuh dan kepala, dan
banyak lainnya dapat ditemukan di game ini.
Selanjutnya
kita akan membahas tentang grafis dari game ini. Dari dua gambar disamping, kita
dapat menemukan konsep pencahayaan yang disebut dengan shader. Shader merupakan
interaksi antara permukaan obyek dengan cahaya. Di gambar atas terlihat bahwa
api, yang merupakan sumber cahaya, berinteraksi dengan permukaan disekitarnya
sehingga membuat bayangan di dinding. Di gambar bawah menunjukan bahwa cahaya
dari atas diteruskan hingga ke dasar air, ini menunjukan bahwa interaksi
pencahayaan dipengaruhi oleh objek, yaitu air. Air yang bersifat transparan
menyerap, meneruskan sekaligus memantulkan kembali cahaya. Selain itu, dapat
dilihat bahwa bayangan dibawah air merupakan bayangan pepohonan yang ada diatas
air ini.
Selanjutnya,
dari gambar diatas, saya akan menjelaskan tiga hal. Yang pertama adalah Anisotropic
Filtering. Anisotropic Filtering membuat tekstur obyek yang letaknya jauh
terlihat jelas dan tajam, misalnya rerumputan/lumut yang terdapat di bebatuan
yang jauh dari pemain.
Kedua
adalah Tesselation. Tesselation membuat permukaan terlihat lebih mendetail
dengan perbedaan kedalaman tekstur. Hal ini dapat dilihat dari bebatuan yang
memiliki cekungan dan seperti menumpuk satu sama lain.
Ketiga
adalah pencahayaan Ambient Occlusion. Ambient occlusion membuat cahaya memantul
pada bagian permukaan obyek. Ini dapat pula dilihat pada gambar sebelumnya di
dalam air. Ambient occlusion dapat dilihat pada pantulan cahaya pada bebatuan
di sebelah kiri, dimana ada bagian yang terkena cahaya da nada bagian yang
tidak terkena cahaya.
Selanjutnya
dari gambar ini, dapat dilihat jenis pencahayaan Sun. Sun memberikan pencahayaan sama
seperti matahari dengan memberi cahaya ke seluruh objek. Selain itu pada gambar
ini ada efek dari post-processing yang bernama Bloom. Efek bloom merupakan efek
silau yang diakibatkan cahaya yang terlalu terang.
Terakhir,
dari gambar ini ada teknik pencahayaan bernama Volumetric lighting. Volumetric
lighting ini merupakan cahaya yang bersinar memantul pada partikel yang ada di
udara sehingga menyebabkan efek tirai cahaya. Volumetric lighting biasa
digunakan untuk membuat kesan dramatis dan merujuk pada efek God Rays, Light
Shafts, atau Light Rays.
Hanya
sampai sini artikel ini dibuat. Jika ada kesalahan kata mohon dimaafkan. Jika
ada informasi yang salah mohon diberi saran. Terima kasih, Grazie, Danke, Arigatou,
and Thank You..!!
0 komentar:
Posting Komentar